Wednesday 29 May 2013

Islamku, Budayaku dan Budayaku


Bila terdengar suara adzan mereka segera berbondong-bondong ke masjid untuk menunaikan kewajibanya sebagai hamba Allah, mega maghrib terlihat lebih sempurna pada sore itu dengan iringan suara tapak kaki menggerombol yang dibalut sarung dan mukena. Sejadah serta al-quran tetap berada di pondongan mereka. Islam disana benar-benar terasa sangat indah.
Terkadang lingkungan juga mempunyai pengaruh besar bagi tingkat keislaman seseorang. Lingkungan pedesaan masih didominasi oleh warga negara islam, sedangkan lingkungan perkotaan berbeda sangat jauh dengan apa yang terjadi di desa, masyarakat perkotaan relatif lebih individual sehingga kurang menjunjung tinggi ukhuwah islamiyah dan akhlaqul karimah. Ada beberapa hal unik yang berkaitan dengan islam di pedesaan, diantaranya :
Masyarakat pedesaan adalah masyarakat yanng masih menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan, di pedesaan kita bisa menjumpai adat sholat berjamaah setiap memasuki waktu sholat, jamaahnya pun bervariasi mulai dari yang kecil hingga yang tua. Rasa persaudaraan masyarakat desa juga ditunjukkan dengan adanya tahlilan setiap hari jum’at wage atau yang biasa disebut dengan  jemua wage.  Adat ini bermula sejak nenek moyang dan masih lestari hingga saat ini, setiap hari jum’at dan wage (hari dalam bahasa jawa) masyarakat pedesaan berbagi makanan kepada sesama, makanan yang dibagikan biasanya berupa nasi, telur dadar dan mie goreng. Ada lantunan doa-doa yang dibaca oleh sang moden (pembaca doa) sebagai tanda syukur atas limpahan rezeki dari pencipta langit dan bumi sebelum makanan dibagikan. Meskipun makanan yang dibagikan sangat sederhana tapi kita dapat merasakan betapa kebersamaan dan kekeluargaan masih sangat kental disana.
Jika anda berada didesa maka anda akan mendengar lantunan ayat suci al-qur’an yang dibacakan oleh ibu-ibu setiap hari kamis dan anak-anak setiap hari minggu. Ibu-ibu dan anak-anak berkumpul di masjid desa. Mikrofon sudah terpasang untuk menyiarkan lantunan ayat suci al-quran agar sampai ditelinga semua warga. Kita dapat mendengarkan beberapa tipe suara pada saat itu, namun suara tidak akan jadi penghalang bagi mereka untuk tetap menyiarkan islam.
Bapak-bapak juga tidak mau ketinggalan, ada jatah tersendiri untuk mereka. Kamis malam adalah waktunya bapak beraksi, kali ini bukan alunan ayat suci al-quran yang dilantunkan melainkan dziba’. Dziba’ adalah kumpulan shalawat sebagai tanda terima kasih kepada nabi muhammad saw atas petunjuk yang diberikan untuk seluruh umat. dziba’ dimulai sejak pukul 19.00 ba’da isya sampai tengah malam. Dziba’ dilantunkan secara bergantian, cara membacanya unik, saat kita membaca dziba’ kita seperti mengaransemen lirik lagu karena dziba’ dibaca dengan menyanyi bukan membaca.
Islam di desa tidak akan lengkap tanpa adanya syi’ar. Syi’ar atau dakwah dibagi dalam beberapa kelompok mingguan, bulanan sampai tahunan. Dakwah mingguan dilakukan setiap hari minggu malam untuk ibu-ibu dan hari rabu malam untuk bapak-bapak. Untuk jadwal bulanan dilakukan setiap dua kali dalam sebulan dan untuk tahunan hanya dilakukan satu kali dalam setahun, acara tahunan merupakan acara paling meriah dari yang lainya karena biasanya saat acara ini berlangsung pihak penyelenggara mengundang kyai kondang atau bintang tamu ngetop bahkan mendatangkan artis ibu kota untuk turut meramaikan acara ini.
Dunia anak didesa lebih menyenangkan dari pada dikota. Anak-anak didesa sudah banyak menguasai tentang ilmu keislaman, sejak kecil mereka telah diperkenalkan dengan islam, dituntun untuk memperdalam islam dan dilatih untuk menerapkan lima rukun islam serta enam rukun iman. Anak-anak desa mampu sekolah dua kali dalam sehari, pagi hari mereka pergi untuk sekolah formal dan sore harinya mereka pergi untuk sekolah diniyah atau yang sering disebut dengan TPQ (Taman Pendidikan Qur’an). Jadi orang tua tidak perlu khawatir untuk memikirkan psikologi anak-anaknya karena sejak kecil mereka sudah dibekali dengan pendidikan dan ilmu agama yang nantinya akan menjadi tolak ukur di kehidupan mendatang.
Lingkungan desa masih asri, jauh dari polusi dan sangat alami. Masih terlihat burung-burung terbang, terdengar gemercik suara air mengalir, dan masih terasa nuansa islam yang begitu damai tanpa terdengar suara perpecahan meskipun terdapat berbagai macam golongan. Selama masjid-masjid masih berdiri kokoh di islam tetap abadi disana. Selama masih terdengar lantunan ayat suci al-quran islam tetap terdengar merdu. Selama kerudung masih di kepala islam akan tetap terjaga dengan ajaranya. Selama keimanan masih melekat sampai akhir hayat maka surga jaminanya.
Mari kita lestarikan islam sebagaimana rasulullah menyebar luaskanya dari mekkah hingga ke madinah. kita sebagai muslimin dan muslimat yang berbudi pekerti luhur sudah seharusnya meneruskan perjuangan rasulullah sampai ajal yang benar-benar menghentikanya. Tidak perduli didesa atau dikota, karena pada hakekatnya kita tetap sama, sama-sama berdarah ISLAM.

No comments:

Post a Comment