Bila
terdengar suara adzan mereka segera berbondong-bondong ke masjid untuk
menunaikan kewajibanya sebagai hamba Allah, mega maghrib terlihat lebih
sempurna pada sore itu dengan iringan suara tapak kaki menggerombol yang
dibalut sarung dan mukena. Sejadah serta al-quran tetap berada di pondongan
mereka. Islam disana benar-benar terasa sangat indah.
Terkadang
lingkungan juga mempunyai pengaruh besar bagi tingkat keislaman seseorang.
Lingkungan pedesaan masih didominasi oleh warga negara islam, sedangkan
lingkungan perkotaan berbeda sangat jauh dengan apa yang terjadi di desa,
masyarakat perkotaan relatif lebih individual sehingga kurang menjunjung tinggi
ukhuwah islamiyah dan akhlaqul karimah. Ada beberapa hal unik yang berkaitan
dengan islam di pedesaan, diantaranya :
Masyarakat
pedesaan adalah masyarakat yanng masih menjunjung tinggi nilai-nilai
persaudaraan, di pedesaan kita bisa menjumpai adat sholat berjamaah setiap
memasuki waktu sholat, jamaahnya pun bervariasi mulai dari yang kecil hingga
yang tua. Rasa persaudaraan masyarakat desa juga ditunjukkan dengan adanya
tahlilan setiap hari jum’at wage atau
yang biasa disebut dengan jemua wage.
Adat ini bermula sejak
nenek moyang dan masih lestari hingga saat ini, setiap hari jum’at dan wage
(hari dalam bahasa jawa) masyarakat pedesaan berbagi makanan kepada sesama,
makanan yang dibagikan biasanya berupa nasi, telur dadar dan mie goreng. Ada lantunan
doa-doa yang dibaca oleh sang moden
(pembaca doa) sebagai tanda syukur atas limpahan rezeki dari pencipta langit
dan bumi sebelum makanan dibagikan. Meskipun makanan yang dibagikan sangat
sederhana tapi kita dapat merasakan betapa kebersamaan dan kekeluargaan masih
sangat kental disana.
Jika anda
berada didesa maka anda akan mendengar lantunan ayat suci al-qur’an yang
dibacakan oleh ibu-ibu setiap hari kamis dan anak-anak setiap hari minggu. Ibu-ibu
dan anak-anak berkumpul di masjid desa. Mikrofon sudah terpasang untuk
menyiarkan lantunan ayat suci al-quran agar sampai ditelinga semua warga. Kita
dapat mendengarkan beberapa tipe suara pada saat itu, namun suara tidak akan
jadi penghalang bagi mereka untuk tetap menyiarkan islam.
Bapak-bapak
juga tidak mau ketinggalan, ada jatah tersendiri untuk mereka. Kamis malam adalah
waktunya bapak beraksi, kali ini bukan alunan ayat suci al-quran yang dilantunkan
melainkan dziba’. Dziba’ adalah kumpulan shalawat sebagai tanda terima kasih
kepada nabi muhammad saw atas petunjuk yang diberikan untuk seluruh umat.
dziba’ dimulai sejak pukul 19.00 ba’da isya sampai tengah malam. Dziba’
dilantunkan secara bergantian, cara membacanya unik, saat kita membaca dziba’
kita seperti mengaransemen lirik lagu karena dziba’ dibaca dengan menyanyi
bukan membaca.
Islam di
desa tidak akan lengkap tanpa adanya syi’ar. Syi’ar atau dakwah dibagi dalam
beberapa kelompok mingguan, bulanan sampai tahunan. Dakwah mingguan dilakukan
setiap hari minggu malam untuk ibu-ibu dan hari rabu malam untuk bapak-bapak.
Untuk jadwal bulanan dilakukan setiap dua kali dalam sebulan dan untuk tahunan hanya
dilakukan satu kali dalam setahun, acara tahunan merupakan acara paling meriah
dari yang lainya karena biasanya saat acara ini berlangsung pihak penyelenggara
mengundang kyai kondang atau bintang tamu ngetop bahkan mendatangkan artis ibu
kota untuk turut meramaikan acara ini.
Dunia
anak didesa lebih menyenangkan dari pada dikota. Anak-anak didesa sudah banyak
menguasai tentang ilmu keislaman, sejak kecil mereka telah diperkenalkan dengan
islam, dituntun untuk memperdalam islam dan dilatih untuk menerapkan lima rukun
islam serta enam rukun iman. Anak-anak desa mampu sekolah dua kali dalam
sehari, pagi hari mereka pergi untuk sekolah formal dan sore harinya mereka pergi
untuk sekolah diniyah atau yang sering disebut dengan TPQ (Taman Pendidikan
Qur’an). Jadi orang tua tidak perlu khawatir untuk memikirkan psikologi
anak-anaknya karena sejak kecil mereka sudah dibekali dengan pendidikan dan
ilmu agama yang nantinya akan menjadi tolak ukur di kehidupan mendatang.
Lingkungan desa masih asri, jauh
dari polusi dan sangat alami. Masih terlihat burung-burung terbang, terdengar
gemercik suara air mengalir, dan masih terasa nuansa islam yang begitu damai
tanpa terdengar suara perpecahan meskipun terdapat berbagai macam golongan.
Selama masjid-masjid masih berdiri kokoh di islam tetap abadi disana. Selama
masih terdengar lantunan ayat suci al-quran islam tetap terdengar merdu. Selama
kerudung masih di kepala islam akan tetap terjaga dengan ajaranya. Selama
keimanan masih melekat sampai akhir hayat maka surga jaminanya.
Mari kita lestarikan islam
sebagaimana rasulullah menyebar luaskanya dari mekkah hingga ke madinah. kita
sebagai muslimin dan muslimat yang berbudi pekerti luhur sudah seharusnya
meneruskan perjuangan rasulullah sampai ajal yang benar-benar menghentikanya.
Tidak perduli didesa atau dikota, karena pada hakekatnya kita tetap sama,
sama-sama berdarah ISLAM.
No comments:
Post a Comment